top of page

“Santo Milenial Pertama” Beato Carlo Acutis


Kalau dibilang kita akan memiliki santo baru di zaman seperti sekarang, rasanya sulit untuk dipercaya. Sangat mudah bagi kita manusia untuk berbuat dosa terutama di zaman modern seperti ini. Banyaknya godaan dan tuntutan dari sekeliling terkadang juga membuat kita melupakan apa hal yang baik dan benar menurut hati nurani kita. Namun, baru-baru ini terdapat berita mengenai seorang bernama Carlo Acutis, remaja laki-laki beragama Katolik Roma. Carlo Acutis lahir pada tanggal 3 Mei 1991 dan meninggal pada tanggal 12 Oktober 2006 di Monza, Italia pada usianya yang ke-15 akibat leukimia yang dideritanya. Paus Fransiskus menyatakan ia sebagai yang mulia (venerabile) pada tahun 2018 dan memberikan beatifikasi pada tanggal 10 Oktober 2020.

Carlo Acutis adalah seorang berkebangsaan Italia yang lahir di Inggris. Ia menghabiskan masa kecilnya di Milan, Italia. Sejak kecil, ia rajin menghadiri misa harian di Gereja Paroki Maria Segreta Milan walaupun keluarganya sendiri jarang ke gereja. Ia banyak mengenal dan belajar dari para suster Marcelline dan para pater Jesuit. Carlo Acutis dikenal karena kedermawanannya. Ia dikenal karena sifatnya yang suka berbagi kepada orang-orang yang berkekurangan dan hidup di pinggiran. Salah satu kisah dari Carlo yang diceritakan oleh ibunya adalah ia membelikan kantong tidur untuk tunawisma yang sering dilihatnya di jalanan menuju gereja dan memberikan minuman panas untuknya. Selain itu, ia juga banyak memberi bantuan dari uang sakunya sendiri kepada orang-orang yang kurang beruntung selain tunawisma tersebut. Ia juga sering membantu sebagai volunteer di dapur sup umum Milan untuk memberi makan bagi orang miskin. Pemakaman Carlo dihadiri oleh warga miskin kota yang sudah dibantu oleh Carlo. Banyak sekali orang-orang yang sudah dibantu olehnya dengan uang saku Carlo sendiri, seorang yang masih sangat muda bahkan kurang dari usia 17 tahun.

Carlo Acutis dikenal sebagai computer genius. Bukan untuk bersenang-senang, bakat komputer yang dimilikinya digunakan untuk mengelola situs organisasi Katolik dan membuat situs-situs pribadi. Situs pribadi Carlo Acutis adalah situs carloacutis.com. Isi dari situs tersebut adalah Bunda Maria dan doa Rosario, keajaiban dalam Ekaristi, dan bentuk pelayanan yang ia lakukan kepada orang miskin. Carlo Acutis juga dikenal sebagai “Santo Pelindung Internet”. Namanya sebagai “Santo Pelindung Internet” muncul karena ia mempercayai bahwa internet dapat menjadi suatu berkah atau suatu ancaman. Banyak sekali hal-hal buruk yang dapat datang melalui internet dan media sosial. Paus Fransiskus berkata bahwa Acutis melihat banyak orang muda yang ingin menjadi berbeda dan unik, yang pada akhirnya menjadi dengan meniru orang lain dan mengejar apapun yang dianggap kuat di anggapan mereka. Carlo berkata bahwa setiap orang lahir orisinil, tetapi banyak yang menjadi fotokopi. Namun, Carlo juga beranggapan bahwa banyak hal baik yang dapat disebarkan melalui internet, salah satunya melalui situs-situs yang dikelola olehnya.

Dari kisah Beato Carlo Acutis, kita dapat belajar bahwa berbuat baik di zaman sekarang bukanlah hal yang mustahil. Di zaman sekarang, banyak sekali godaan bagi kita untuk berbuat dosa. Akses internet yang sangat luas yang menyebabkan akses informasi yang salah dan hal buruk pun semakin terbuka lebar. Namun, kita bisa belajar bahwa kita dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi di zaman sekarang untuk sesuatu yang lebih baik dan mulia. Beato Acutis juga menunjukkan kepada kita bahwa begitu mudah bagi kita untuk berbuat baik. Sebagai anak berusia 15 tahun, ia tentu hanya mampu memberi hal yang menurut kita biasa saja, seperti sekadar memberikan kantong tidur dan makanan. Namun, dampak yang diberikan terhadap mereka yang membutuhkan sangatlah besar hingga banyak orang yang mengakui bermaknanya bantuan tersebut dengan menghadiri pemakamannya. Dari situ kita dapat belajar bahwa kita tidak perlu muluk-muluk untuk berbuat baik. Cukup berikan yang kita mampu baik dari barang atau bahkan waktu, tenaga, dan pikiran bagi orang yang berkekurangan.

Tentu kita juga bisa belajar bagaimana kita bisa mengorbankan kebahagiaan pribadi kita untuk kebutuhan orang lain seperti Beato Acutis yang rela tidak membeli konsol video game untuk memberikan kantong tidur dan bantuan lain kepada orang disekitarnya. Atau mungkin, bahasa yang lebih tepat adalah mentransfer kebahagiaan dari yang hanya dinikmati diri sendiri ke dinikmati orang lain dan diri sendiri karena toh berbuat baik ke orang lain juga memberikan kepuasan tersendiri ke diri sendiri.


Referensi dan bacaan lebih lanjut:


Comments


Single post: Blog Single Post Widget
bottom of page