top of page

Keterlibatan Kita dalam Mengimani Penderitaan Kristus

Aurellie Tabitha Putri - April 2022




Pembukaan


Masa Pra-Paskah (sebelum paskah) mulanya dipakai oleh orang Katolik untuk menggantikan frasa ‘masa puasa’, waktu ini dipandang sebagai kesempatan bagi orang beriman untuk mempersiapkan diri menyambut Hari Paskah. Sesuai dengan etimologinya, masa prapaskah diisi dengan kegiatan berpuasa atau berpantang sebagai bentuk pengorbanan paskah, sekaligus untuk mengimani Yesus Kristus yang saat itu berpuasa 40 hari lamanya di padang gurun. Adapun selain berpuasa, dilaksanakan ibadat Jalan Salib untuk mengenang penderitaan dan pengorbanan Yesus Kristus memanggul salib sepanjang jalan hingga wafat disalibkan. Namun, di samping kedua hal tersebut, ada beberapa orang yang secara khusus dapat mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, fenomena ini disebut sebagai stigmata. Pertanyaannya, bagaimana sebenarnya seseorang dapat mengalami stigmata dan apa kaitannya dengan penderitaan Kristus?



Isi


Stigmata (bentuk jamak dari stigma) adalah luka-luka di tubuh atau perasaan sakit yang timbul pada bagian tubuh yang sama dengan yang dialami oleh Yesus Kristus karena penyaliban-Nya. Adapun stigmatist merasakan sakit pada kelima luka yang terletak pada: kedua tangan, kedua kaki, dan lambung. Bahkan, beberapa dari mereka mengalami luka di kepala. Pada kasus tertentu, luka yang timbul dapat disertai dengan darah yang mengeluarkan bau harum. Stigmata ini dihubungkan dengan persatuan spiritual antara orang yang menerimanya (stigmatist) dengan Kristus, sebab mereka secara khusus ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus demi mendoakan pertobatan dunia.


Luka yang timbul pada stigmata asli berbeda dengan luka akibat kondisi patologis. Stigmata yang asli akan sesuai dengan luka yang dialami Kristus, sedangkan luka patologis akan timbul secara acak pada tubuh. Selain itu, stigmata asli akan mengeluarkan darah yang bersih dan murni, bahkan mengeluarkan bau harum, sedangkan stigmata yang berasal dari patologis bernanah. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam stigmata asli lukanya dapat membesar tanpa membahayakan stigmatist. Penting bagi gereja untuk memahami perbedaan tersebut untuk menghindari orang yang skeptis, yang mengaitkan bekas luka stigmata pada suatu patologi. Gereja juga harus memastikan bahwa stigmata bukanlah tanda dari setan untuk menyebabkan kegilaan spiritual dan menyesatkan masyarakat.


Stigmatist yang terkenal adalah St. Fransiskus dari Assisi (1181-1226) dan St. Padre Pio dari Pietrelcina, Italia (1887-1968). St. Fransiskus menerima stigmata 2 tahun sebelum wafatnya, sedangkan St. Padre Pio mengalami stigmata selama 50 tahun, yang kemudian lukanya hilang tanpa bekas menjelang kematiannya. Disamping sisi rohani, fenomena stigmata ini juga sempat diperiksa oleh beberapa dokter saat itu, namun para dokter tidak dapat memberikan diagnosa.



Penutup

Fenomena stigmata ini tidak dapat dialami oleh sembarang orang, namun, bukan berarti orang yang tidak mengalami stigmata tidak dapat ikut andil dalam penderitaan Kristus. Kita dapat mengimani penderitaan Kristus dengan mengikuti ibadat Jalan Salib, ikut berpuasa, berpantang, dan menahan keinginan duniawi lainnya. Mungkin beberapa akan bertanya-tanya, mengapa menjadi sangat penting bagi kita untuk ikut andil dalam mengenang penderitaan Yesus Kristus. Sebab melalui penderitaan dan kematian Yesus Kristus sendiri, orang-orang yang percaya akan mendapatkan kelepasan kekal, mendapatkan penyucian hati dan rohani, bebas dari hukuman dan tidak lagi harus memikul dosa di kayu salib, merasakan dan mengalami kedamaian secara nyata di tengah dunia, serta dapat menikmati kehidupan rohani di dalam Yesus Kristus. Penderitaan ini juga merupakan konsekuensi dari kesetiaan iman kita terhadap Yesus Kristus. Perlu kita renungkan juga tujuan Yesus mengorbankan dirinya di kayu salib adalah untuk menebus dosa manusia, hal ini tercantum dalam Yohanes 17:19 yang berbunyi: “dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.”



Referensi:

Comments


Single post: Blog Single Post Widget
bottom of page