top of page

Makna Persembahan kepada Kanak-kanak Yesus



Saat menjenguk teman atau keluarga kita yang baru saja dikaruniai anak, biasanya tentu kita membawakan kado. Kado ini tidak lain dan tidak bukan merupakan wujud dari rasa turut berbahagia kita terhadap keluarga yang baru dikaruniai anak. Demikian juga ketika Yesus baru dilahirkan Allah menyatakan dirinya kepada tiga orang majus dari Timur melalui tanda-tanda alam. Ketiga orang majus tersebut kemudian mengikuti bintang tersebut hingga sampai ke Bethlehem untuk menjenguk bayi Yesus, raja yang baru lahir tersebut. Seperti kita semua, ketiga orang majus tersebut juga membawa persembahan bagi bayi Yesus. Selain sebagai wujud kebahagiaan mereka, ada tradisi pada zaman itu yang mengharuskan seseorang untuk membawa persembahan jika ingin bertemu dengan seorang raja. Mereka kemudian mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur kepada bayi Yesus. Namun, apakah makna sebenarnya dari ketiga persembahan tersebut?

Seperti yang kita semua ketahui, emas adalah logam yang sangat mulia dan berharga sangat mahal. Emas tidak akan kehilangan kemuliaannya walaupun ditempa dengan proses apapun. Oleh karena itu, emas adalah persembahan yang paling layak untuk dipersembahkan kepada seorang raja. Emas melambangkan kemuliaan dan keagungan Yesus sehingga dengan mempersembahkan emas, ketiga orang majus itu mengakui Yesus sebagai raja Israel. Kemenyan atau dupa dipakai pada peribadatan orang Yahudi, dan kini pada perayaan ekaristi Gereja Katolik, untuk menguduskan dengan aromanya yang harum. Asap kemenyan yang dibakar akan membumbung ke atas dan diharapkan dapat menyenangkan hati Tuhan. Kemenyan yang dibawakan kepada Yesus ini merupakan pengakuan dari ketiga orang majus terhadap keilahian Yesus sebagai imam agung yang membuka jalan keselamatan bagi umat manusia dan mendamaikan hubungan manusia dengan Allah yang cemar akibat dosa. Berbeda dengan kemenyan, mur tidaklah wangi dan terasa pahit. Mur pada tradisi orang Yahudi digunakan untuk mengurapi orang sakit atau membalsami orang yang telah mati. Mur ini dipersembahkan sebagai pertanda bahwa pada akhirnya karya Yesus di dunia ini akan diakhiri dengan kematian-Nya di kayu salib. Mur menandakan cawan penderitaan yang harus diminum oleh Yesus.

Melalui peristiwa datangnya tiga orang majus dari Timur ini, ada dua hal yang bisa kita dapatkan. Pertama, saat Yesus lahir Allah tidak hanya menyatakan diri kepada orang Yahudi saja. Sebaliknya, Allah menyatakan diri-Nya juga pada orang-orang yang asalnya dari jauh, yaitu dari Timur. Hal ini melambangkan keterbukaan iman Kristiani terhadap semua orang terlepas dari latar belakang budayanya. Kita semua diundang ke kandang domba untuk menyembah bayi Yesus yang baru lahir. Kedua, kita pun diminta untuk membawa persembahan kepada bayi Yesus. Rasul Paulus dalam Roma 12:1 berkata “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Kita tidak dituntut untuk mempersembahkan apa-apa selain diri kita sendiri. Jika kita menerima Yesus sebagai imam dan raja dalam kehidupan kita, kita juga harus mempersembahkan diri kita beserta akal budi, hati dan pikiran, serta segala persoalan yang kita hadapi kepada Yesus. Salah satu wujud persembahan diri kepada Tuhan adalah menggunakan segala kelebihan dan kemampuan yang dimiliki untuk kepentingan sesama, karena “Barangsiapa melakukan untuk saudara-Ku yang paling hina ini, ia melakukannya untuk Aku.” Akhir kata, pada momen natal yang berbahagia ini, marilah kita bersukacita seperti tiga orang majus dan mempersembahkan diri kita seutuhnya kepada Yesus.


Comments


Single post: Blog Single Post Widget
bottom of page