top of page

Sakramen Perminyakan Pada Pandemi COVID-19


Sakramen pengurapan orang sakit atau dikenal juga sebagai sakramen perminyakan adalah salah satu sakramen dalam Gereja Katolik yang diberikan kepada orang yang mengalami sakit parah atau dalam keadaan menjelang ajal. Dasar alkitabiah sakramen perminyakan adalah Kitab Yakobus 5:14-16. Melalui sakramen perminyakan, si penderita sakit hendak mempersatukan penderitaan yang dialami dengan penderitaan Yesus saat menjalani sengsara dan wafat di salib. Sakramen perminyakan diharapkan dapat menguatkan iman dan pengharapan si penderita hingga dapat menyongsong kematiannya dengan tegar, atau dapat menyembuhkan penyakitnya jika Allah berkenan. Sakramen perminyakan dilakukan oleh imam/pastor dengan menumpangkan tangan di atas penderita, yang melambangkan perlindungan, penghiburan, dan penguatan, serta pengurapan dengan minyak yang merupakan tanda pencurahan Roh Kudus.


Sakramen perminyakan adalah salah satu sakramen yang dibutuhkan dan seringkali diminta oleh umat Katolik yang mengalami sakit parah. Namun, semenjak meluasnya penyebaran virus corona pada tahun ini, pemerintah Indonesia memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Artinya, segala kegiatan publik ditiadakan untuk sementara, tidak terkecuali kegiatan peribadatan. Perayaan ekaristi yang biasanya dilakukan di dalam gereja pun berubah menjadi perayaan ekaristi daring (online). Kemudian, sakramen-sakramen dalam Gereja Katolik pun dipertanyakan kelanjutannya saat pandemi Covid-19 ini, tidak terkecuali sakramen perminyakan. Tidak dipungkiri, akan banyak umat Katolik yang membutuhkan sakramen ini, apapun penyakitnya.


Mengenai hal ini, RD. Markus Lukas, OFM mengatakan bahwa selama pandemi Covid-19 ini, Gereja tetap melayani permintaan sakramen perminyakan dari umat, baik yang ada di rumah maupun di rumah sakit. Namun, bisa atau tidaknya sakramen perminyakan untuk diberikan bergantung pada kebijakan fasilitas kesehatan tempat pasien dirawat. Gereja tetap berusaha sebisa untuk memenuhi permintaan umat dengan tetap memperhatikan kebijakan PSBB yang dikeluarkan pemerintah. Romo Markus sendiri selama pandemi Covid-19 ini beberapa kali melayani sakramen perminyakan untuk umat. Namun, dalam melayani sakramen perminyakan, ia tetap harus memastikan diri dalam keadaan sehat serta memakal alat pelindung diri, setidaknya sarung tangan dan masker.


Perspektif yang agak berbeda disampaikan oleh dr. Felix Chikita Fredy, SpJP, FIHA. Dokter Felix mengatakan beberapa waktu terakhir ini, jam besuk sudah ditiadakan di semua rumah sakit. Pasien apapun, baik covid maupun non covid, hanya boleh ditunggui oleh satu orang dan tidak boleh dibesuk sama sekali. Ada juga beberapa rumah sakit yang melarang pasien untuk ditunggui. Tenaga medis yang masuk ke ruangan pasien pun harus memakai APD lengkap. Oleh karena itu, layanan dari rohaniwan biasanya dilakukan dari luar ruangan, namun hal ini sekali lagi bergantung pada kebijakan dari masing-masing fasilitas kesehatan.


Sebagai kesimpulan, Gereja menyatakan tetap menerima permintaan sakramen perminyakan di tengah pandemi covid-19 ini dengan tetap mematuhi kebijakan PSBB dari pemerintah dan juga kebijakan besuk dari fasilitas kesehatan. Namun, melihat fakta yang ada di lapangan, sepertinya agak sulit jika ingin mendapatkan sakramen perminyakan secara lazim pada saat ini. Sakramen perminyakan di rumah sakit juga dapat dilakukan dengan cara didoakan dari luar ruangan. Selain itu, hal yang harus diperhatikan adalah adanya saling mengetahui antara imam dan keluarga penderita tentang kondisi kesehatan masing-masing, jangan sampai ada di antara mereka yang menunjukkan gejala-gejala covid. Pemakaian alat pelindung diri juga menjadi hal yang penting dalam pemberian sakramen perminyakan pada masa-masa ini. Semua itu harus diperhatikan semata-mata demi mencegah penularan covid-19 agar sakramen perminyakan yang harusnya membawa berkat tidak membawa petaka bagi imam dan juga pasien serta keluarganya. Sekali lagi, mungkin akan sulit untuk mendapatkan sakramen perminyakan secara lazim saat pandemi covid-19 ini, namun diperlukan keyakinan bahwa bagaimanapun bentuk sakramen yang diberikan, Yesus Kristus akan selalu hadir untuk menyertai kita dan melewati cobaan hidup kita bersama-sama.

Single post: Blog Single Post Widget
bottom of page