top of page

Pantang dan Puasa Bagi Umat Katolik


Rabu Abu pada hari Rabu, 26 Februari 2020, menandakan dimulainya masa Prapaskah. Umat Katolik yang berumur antara 18 sampai dengan 60 tahun wajib untuk berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Umat Katolik yang berumur 14 tahun ke atas wajib untuk berpantang. Umat Katolik juga diperbolehkan apabila memiliki cara berpuasa dan berpantang yang lebih berat. Namun, sebenarnya untuk apa kita melakukan kewajiban pantang dan puasa tersebut.


Puasa secara harafiah berarti membatasi atau mengurangi makan kita. Namun, bagi umat Katolik, puasa dan pantang memiliki arti yang lebih besar yaitu sebagai tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda kita mempersatukan pengorbanan kita sedikit dengan pengorbanan Yesus.

Puasa bertujuan bagi kita untuk dapat menahan hawa nafsu dan keinginan kita, untuk memberi kita kesempatan untuk bertobat. Puasa perlu disertai dengan refleksi diri untuk melihat kembali apa yang sudah kita alami selama ini. Melalui refleksi diri, kita dapat mengetahui apa yang menjadi kesalahan dan dosa kita selama ini sehingga dapat menjadi lebih baik kedepannya.

Puasa juga bertujuan bagi kita sebagai umat Katolik dapat mengungkapkan kelaparan kita akan Tuhan dan mengorbankan apa yang menjadi kesenangan kita. Belajar untuk mengontrol diri dan menahan apa yang menjadi kesenangan kita membuat kita dapat merasakan sedikit bagaimana penderitaan dan kasih Yesus dalam menanggung dosa kita. Dengan begitu, kita diajak untuk meneruskan kasih Yesus dalam diri kita kepada orang-orang di sekitar kita. Selain itu, berpuasa juga membuat kita dapat mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyelesalan atas dosa-dosa kita.

Puasa menurut Pastur RD Paulus Christian Siswantoko dari Komisi Kerasulan Awam KWI adalah bukan soal menahan makanan dan nafsu. Namun, juga untuk diet, diet dari segala dosa.

Dalam berpuasa, kita perlu memegang sabda Yesus dari Matius 6:16—18.

“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Sabda Yesus di bukit mengajarkan bagi kita untuk tidak menyombongkan diri kita dalam berpuasa. Diri kita sendiri lah yang perlu tahu kita berpuasa, dan juga Tuhan yang akan membalas puasa kita kepada kita, umat Katolik.

Inti dalam berpuasa dan berpantang adalah mengobati diri kita sendiri. Puasa dan berpantang tentu bertujuan agar kita semakin dekat kepada Tuhan. Akan lebih baik lagi apabila kedekatan kita dan Tuhan tidak hanya pada saat masa Prapaskah, tetapi juga kedepannya. Selain itu, tidak ada yang namanya terlambat dalam berpantang dan berpuasa. Segera temukan apa yang dapat kita tahan, dan menjadikan itu sebagai pantangan kita.


Selamat berpuasa dan berpantang KMK FKUI! Tetap selalu bertobat, berdoa, dan berbuat kasih!


Referensi dan bacaan lebih lanjut:

https://www.imankatolik.or.id/pantang-dan-puasa.html

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200226141425-284-478329/aturan-pantang-dan-puasa-katolik-di-masa-prapaskah

http://www.katolisitas.org/mengapa-kita-berpantang-dan-berpuasa/

Single post: Blog Single Post Widget
bottom of page